Setelah Google Adsense
Setelah Diculik bab 2 - Masa lalu
Alena pergi begitu saja, setelah membiarkan ajudan Dave tergeletak di tanah. Kali ini, ia sedang tidak bernafsu untuk menuntaskan pekerjaannya. Jadi, nyawa pria itu tidak lenyap sia-sia pada malam ini. Sebab, Alena masih ingin mendapatkan uang secara instans dari Dave, makanya dia tidak ingin merusak rencana yang sudah tersusun sebelumnya.
Enam tahun yang lalu ....
Sekumpulan anak muda sedang melakukan camping di alam terbuka. Mereka hanya ingin menikmati hari-hari sebelum menghadapi ujian akhir di sekolah menengah atas. Salah satunya adalah Alena. Gadis cantik berambut panjang itu, juga mengikuti kegiatan tersebut walau orang tuanya sudah melarang agar jangan pergi. Akan tetapi, Alena tetap kekeh dengan pendiriannya.
Bogor, 12 Maret 2016
Alena beserta rombongan pun berangkat ke sebuah tempat yang agak jauh dari lokasi sekolah. Mereka memilih dataran tinggi agar bisa menikmati lebih banyak pemandangan yang berada di bagian bawah.
Sesampainya di sana, Alena dan rombongan pun segera memasang tenda agar tidak keburu sore. Jumlah tenda ada tiga. Satu berukuran agak besar, khusus untuk anak perempuan, sedangkan dua lagi untuk anak laki-laki. Mereka pergi pun tanpa ada persetujuan dari sekolah.
"Cleo, kamu nggak ikut bantuin anak-anak?" tanya Angga.
"Ck, males banget rasanya. Nanti tanganku jadi kasar," jawab Cleo dengan santainya.
"Kalian juga, malah duduk-duduk aja. Bantuin Alena tuh," tunjuk Angga ke arah gadis berambut panjang yang kini tengah sibuk memukul-pukul pancang untuk mengikatkan tali di sana.
"Eleh, biarkan saja dia," sahut Adinda tanpa memedulikan teman sekelasnya itu.
Angga menggeleng-geleng heran. Ia tidak menyangka kalau para siswi yang sering membully Alena, juga bersikap buruk di acara yang digelar saat ini. Padahal tidak berapa lama lagi, mereka akan lulus, dan tentu saja akan berpisah karena kemungkinan akan melanjutkan pendidikan ke tempat yang berbeda-beda.
"Kalau kamu kasihan, bantuin aja sana," ujar Cleo pada Angga.
Angga yang menjadi kekasih Cleo tidak mungkin membantu Alena karena ingin menjaga perasaan kekasihnya. Ya, walau sebenarnya Angga juga menyukai Alena. Namun, dia memilih Cleo karena Cleo adalah anak orang kaya.
Waktu pun berlalu, kini langit sudah mulai gelap karena sebentar lagi malam akan tiba. Angga, Zaki, dan juga anak laki-laki lainnya, sudah bersiap-siap menyalakan lampu yang berisi minyak. Tidak lupa mereka membuat api unggun untuk mengusir nyamuk yang mulai berterbangan.
Suara hewan malam satu per satu mulai terdengar bersahutan. Akan tetapi, para remaja itu tidak mempersoalkan, kecuali ada yang memulai bercerita cerita horor.
"Pokoknya mulai malam ini sampai tiga hari ke depan, yang cowok bergantian ngeronda, ya. Kami yang cewek-cewek, cukup bekerja di siang hari, seperti memasak untuk memenuhi lambung kalian," kata Cleo sambil berdiri di hadapan api unggun yang menyala.
"Iya, iya. Kami juga tau kok dengan tugas kami," sahut Zaki.
"Oke. Besok pagi-pagi jangan lupa cari kayu bakar buat tambahan," lanjut Cleo. Lalu, dia memutar badan, dan kembali duduk ke tempatnya semula.
"Iyaaa!"
Serentak teman-teman Cleo menjawab, termasuk Alena yang duduk bersandar ke batang pohon pinus.
"Al, temenin aku pipis, dong," bisik Sella, sahabat Alena yang lumayan dekat.
"Eh, memangnya nggak apa-apa pipis sembarangan? Gimana kalau nunggu pagi aja, kan kita bisa turun ke bawah bukit ini."
"Tapi aku kebelet, Al. Biasanya orang kemping juga pipis di sembarang tempat, kok," ucap Sella sambil memegangi bawah perutnya.
"Ya, udah. Ayo, aku temani."
Alena dan Sella pun beranjak dari perkumpulan setelah berpamitan.
"Mau aku temenin, Sel?" tanya Zaki sambil tertawa terbahak-bahak.
"Matamu!" sahut Sella, lalu ia melengos dan segera menyusul Alena yang sudah berjalan duluan.
***
Udara semakin dingin terasa. Para remaja itu pun tidur saling berpagutan karena selimut yang mereka bawa tidak mampu membendung dinginnya malam.
Suara langkah kaki terdengar semakin mendekat ke arah tenda. Tidak ada yang terjaga karena malam seperti membius dalam kantuk.
Pria bertubuh kekar berdiri di depan tenda yang berukuran lebih besar dari dua tenda yang lainnya. Pria itu pun menyeringai sambil memerhatikan para gadis tertidur dengan lelap. Di keremangan cahaya lampu, wajah pria itu cukup menyeramkan. Ada bekas luka di bagian pipi, sedangkan satu matanya ditutup mengenakan kain hitam seperti yang biasa dipakai oleh para bajak laut. Sementara, di tangan kirinya memegang sebuah kampak.
"Terima kasih karena kalian telah datang ke wilayahku," gumam si pria itu. Lalu, ia kembali menyeringai, menampakkan gigi-giginya yang mungkin jarang digosok.
***
Keesokan harinya, tepat pukul tujuh pagi, terdengar suara gaduh dari tenda anak perempuan.
"Kalian kenapa sih, pagi-pagi udah ribut?" tanya Angga setelah menghampiri tenda itu.
"Siska, Ngga. Siska!"
"Iya, Siska kenapa, Cleo?" tanya Angga. "Kamu tenang dulu, tarik napas dalam-dalam ...."
"Lalu keluarkan dari belakang," sela Zaki sambil cekikikan.
"Kamu mang nggak ada otak sepertinya. Orang lagi panik malah dibecandain," celetuk Adinda.
"Makanya, to the point aja. Gitu doang lama amat dramanya," ujar Zaki.
"Oke. Sekarang kamu katakan, Siska kenapa?" tanya Angga mengulangi pertanyaannya.
"Siska ilang!"
"Hah? Nggak mungkinlah. Mungkin dia lagi nyari sungai, Cleo."
"Ngapain nyari sungai sepagi ini? Udara kek air es juga."
"Ya, mana tau dia kebelet boker," jawab Ari menimpali.
"Iya, kita tunggu aja dulu. Kamu jangan panik begitu, ya, Sayang," ucap Angga mencoba menenangkan Cleo.
"Haih, bucin lagi," sindir Zaki yang sampai saat ini ia masih menjomlo.
"Sudah, sudah! Orang lagi panik begini, entah apa-apa aja yang dibahas," ujar Angga kesal.
Akan tetapi, sudah pukul sebelas pagi menjelang siang, Siska belum juga menampakkan batang hidungnya. Para remaja beranjak dewasa itu, akhirnya memutuskan untuk mencari Siska dengan membuat tiga regu agar bisa berpencar di hutan pinus tersebut.
"Sis, Siska!" Cleo berteriak, berharap suaranya didengar oleh sahabatnya itu.
Begitu juga yang lain, mereka juga mengeraskan suara tanpa terkecuali. Namun, sampai pukul dua siang, pencarian tidak membuahkan hasil. Ingin menghubungi orang tua masing-masing, tidak mungkin rasanya. Karena mereka tidak mau mendapat masalah baru dan disalah-salahkan atas hilangnya Siska.
"Gimana ini, Al?" tanya Sella meminta pendapat pada Alena yang sedari tadi memilih bungkam.
"Aku bingung, Sel. Kalau Siska nggak ditemukan, kita bisa kena masalah, dan aku pasti dimarahi habis-habisan oleh ibuku," jawab Alena sambil mengembuskan napas berat.
"Ah, itu ada orang. Kita tanya, yuk!" ajak Sella sambil menunjuk pada seorang pria yang tengah memikul kayu.
"Yuk."
Kemudian Alena dan Sella pun menghampiri orang tersebut.
Rombongan Cleo pun juga mengikuti ketika melihat Alena dan Sella berjalan ke arah seorang pria.
"Permisi, Pak," sapa Alena dengan sopan.
TBC
Posting Komentar