Adsense keluarga
IBUKU MENINGGAL DISANTET KELUARGA PACARKU
Ku belah jalanan penuh semangat menghadapi masa depanku yang cerah. ada sedikit keraguan dihati, takut tiba-tiba mendung yang tak dinanti menghampiri.
Bukan Risma saja yang sedang gugup sekarang, yang akan bertemu ibu dalam pertemuan pertamanya, meminta izin untuk hubungan yang terjalin saat ini. Ya mungkin aku juga!
Takut sang pemilik ridho syurga tak berpihak pada harapan hidup yang diharapkan.
Namun Aku tetap optimis, hanya berdoa, semoga saja Risma adalah calon menantu yang termasuk kriteria ibu, impiannya.
**
Setengah jam perjalanan, dihari minggu pagi jalanan terlihat lancar, mungkin kegiatan mereka sedang diistirahatkan, aku bisa tepat waktu datang ke kontrakan Risma, dan seperti biasa menunggunya dijalan, depan kontrakannya. Aku yang belum pernah masuk ke dalam kontrakan Risma, karna tak enak kepada orang-orang di sana.
Tak lama Risma pun keluar dan menghampiriku.
"cantik banget ih neng hari ini" rayuku dengan senyuman.
"apaan sih A! Emang kemarin-kemarin neng engga cantik?" ucapnya menunjukkan ekspresi cemberutnya.
"tiap hari juga neng mah cantik, cuma sekarang neng lebih cantik" ucapku, jujur dan dibalas hanya dengan senyuman manisnya.
Hari ini memang Risma terlihat berbeda tak seperti biasanya, terlihat dari pakaian saat ini, terkesan sopan. yang biasanya dia akan memakai pakaian khasnya, celana jeans panjang yang ketat, dan baju kaos berlengan pendek.
Tapi kini Risma sungguh pangling, memakai atasan kemeja panjang berwarna merah muda bermotif Kotak-kotak hitam dan celana hitam panjang berbahan katun, dengan rambut panjang yang terurai, yang tak lupa hiasan make up tipis diwajahnya. Benar-benar anggun Risma hari ini!
Mungkin dia ingin berpenampilan yang terbaik dan terlihat sempurna dihadapan ibuku, dan tak mau mengecewakan Aku sebagai pacarnya.
Ku balikan arah motorku, kembali menyusuri jejak jalanan yang sempat ku lewati, dan dari setengah perjalanan Risma berpesan kepadaku.
"A nanti di depan sana kita mampir dulu ya, di toko perlengkapan bayi!"
Pesannya, dia menunjuk toko di depan yang berada di pasar tradisional.
"mau beli apa?" tanyaku pada Risma.
"mau beli kado buat Dede bayi A" jawabnya.
"engga usah lah, malah ngerepotin kamu nantinya!" ucapku merasa tak enak.
"gak apa-apa A, sedikit buah tangan aja" ujar Risma.
Lalu laju motorku berhenti dan bertepi di parkiran tepat depan toko yang Risma maksud.
"Aa tunggu di sini aja ya, sebentar ko!" ucapnya sambil menuruni badannya dari motorku.
"ya udah" jawabku, Aku menurut saja.
Aku pun menunggu Risma di parkiran sambil melihat-lihat suasana di pasar ini yang terbilang cukup ramai.
Sedangkan Risma masuk ke dalam toko yang menyediakan khusus perlengkapan bayi, yang entah Risma mau membeli apa.
Penulis ori karya syifa fauziah / syifa shopiah
***
Sekitar 15 menit, Risma pun keluar dari toko dengan membawa sebuah kantong plastik putih yang terlihat sebuah kado bermotif kartun didalamnya.
"udah neng" tanyaku.
"udah! maaf, lama ya A?" ujarnya, balik bertanya.
"engga apa-apa! isinya apa neng?" tanyaku, penasaran, sambil memainkan mataku mengarah apa yang Risma bawa. Lebih tepatnya sedikit bercanda pada Risma,
ya supaya Risma terasa rileks saja, tidak terlalu tegang menuju ke rumahku.
Kami pun meneruskan perjalanan yang sempat tertunda, melaju dengan santai karena jam baru menunjukkan masuk siang hari, menikmati masa-masa pacaran ini, yang mungkin nanti akan menjadi kenangan-kenangan yang indah dan masa-masa di mana yang pasti akan dirindukan.
Di perjalanan pun kita masih bercanda gurau, mencairkan suasana yang sedang dilanda kegugupan.
Dan tak terasa kita pun sampai di rumahku, yang lumayan jauh dari jalan raya, masuk perdesaan.
Rumahku yang masih terlihat asri, masih ada sungai-sungai kecil yang jernih, dan disuguhi dengan terbentangnya persawahan yang luas.
Wajar! teman-temanku selalu bilang betah bila main ke rumahku. Dari mulai teman SD, SMP, sampai teman pabrikku.
Sesampainya di rumah, kami pun turun dari motor hendak masuk bersama, terlihat pintu depan terbuka lebar pertanda yang punya rumah ada di dalamnya.
Aku dan Risma melangkah masuk menuju ke pintu utama, tak lupa Aku pun mengucap salam.
"Assalamualaikum" suara kami berbarengan.
"wa'alaikumsalam" jawaban di dalam sana, itu suara ibu.
"neng duduk dulu disini ya, Aa masuk dulu" ucapku pada Risma, sambil menunjuk ke arah kursi yang ada di ruang tamu dan berlalu masuk ke dapur, sekedar mengambil dan memberikan teh hangat untuk Risma dan sedikit cemilan yang dibeli ibu tadi pagi.
Setelah ku kembali, ternyata Ibu sudah bertemu dengan Risma yang disusul oleh bapakku.
Terlihat Risma di sana sedikit gugup, namun ibu bapakku menyambutnya dengan penuh antusias kegembiraan, syukurlah! itu berarti awal harapanku sudah terlihat, Aku pun hanya bisa tersenyum lebar menanggapinya
"ibu ini ada sedikit, buat dede bayi!" ujar Risma sambil menyodorkan bawaannya di atas meja.
"aduh neng, udah repot-repot segala" ucap ibu.
"gak apa-apa bu" timpal nya lagi.
Kami pun di ruang tamu ini mengobrol bersama, yang di beri pertanyaan-pertanyaan oleh Ibu dan bapak, seperti asal usul Risma beserta keluarganya lalu dijawab oleh kita berdua, Aku dan Risma. yang ditambahkan senyuman kami diantara perbincangan.
Setelah cukup percakapan diawal perkenalan, Ibu dan bapakku bergegas meninggalkan kami berdua berlalu masuk ke dalam.
"gimana neng, keluarga Aa" tanyaku kepada Risma.
"baik-baik, apalagi ibu, rame" jawabnya pelan, mungkin malu takut terdengar.
Memang ibuku sedikit bawel, selalu cerewet terhadap anak-anaknya, tapi aslinya ibu itu baik. yang berbeda dengan bapak yang enggak banyak ngomong, jiwa bapak yang tegas namun bersabar.
"A! Aku mau pulang yah, takut hujan!“ ucapnya Risma.
Memang cuaca siang ini yang mulai mendung.
"ya udah, Aa Antar" ucapku.
Aku pun masuk ke dalam dan memanggil kedua orang tuaku, untuk berpamitan.
Lalu Ibu Bapakku pun ke luar dan menghampiri Risma yang sedang menunggu.
"nanti saja pulangnya, masih siang juga" ujar Ibu.
"takut hujan bu" jawab Risma.
"jangan kapok ya neng main kesini" timpal ibu lagi.
"iya bu, terima kasih jamuannya, saya pamit ya bu" ucap Risma sambil mencium tangan Ibu dan Bapakku, takzim.
"iya sama-sama, hati-hati ya di jalan" pesan ibuku.
"Doni jangan ngebut bawa motornya" kini suara bapakku yang berpesan.
Aku dan Risma pun keluar bersama dan diantar oleh kedua orang tuaku ke depan halaman, lalu bergegas meninggalkan rumahku dan Aku akan mengantarkan Risma pulang ke kontrakannya.

Posting Komentar